blog simkuring

Selasa, 02 Februari 2010

Perjalanan Kaget Menuju Pamayangsari

Sabtu (23/1) itu, saya terbangun di waktu subuh yang dingin. Saya terkejut dan teringat akan tugas saya meliput ke Pantai Pamayangsari, Kec Cipatujah Kab Tasikmalaya. Pagi itu seperti biasa saya menjalankan rutinitas pekerjaan rumah, hingga akhirnya tepat jam7 tukang lengko (kari ayam) lewat depan rumah.

Si Ayah belum juga berangkat ke kantor dan Si Ibu sibuk melayani pembeli di warung kecil-kecilan tepat di halaman rumah kami. Si Ibu ternyata memesan lengko (kari ayam) yang saya inginkan sejak tadi. Memang feeling seorang Ibu begitu kuat akan anaknya. Saya yakin bahwa surga itu ada di telapak kaki Ibu, jadi sayangilah Ibumu. =')

Setelah lengko (kari ayam) itu selesai dipesan, ternyata Si Ayah sedang menunggu seorang temannya untuk pergi bekerja bersama. Selesai makan, saya pun meminta ijin pergi bertugas liputan kepada kedua orang tua saya tersayang. Berangkatlah saya menuju Terminal Padayungan dengan menggunakan angkot 02 jurusan Nyantong-Terminal Pancasila.

Tiba di Terminal Padayungan, saya sempat bingung karena ruang tunggu penumpang tidak selayaknya ruang tunggu di sebuah terminal. Hanya cukup untuk 10-15 orang saja. Bagaimana ini Pemkot Tasik...?

Saya masih belum berani bertanya pada siapapun dan menunggu bis jurusan Tasik-Cipatujah lewat. Dan setelah 1 jam saya menunggu, waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB. Kemudian saya memberanikan bertanya pada petugas Jasa Raharja yang selalu stay disana. Sebelumnya memang justru banyak yang bertanya saya mau kemana? seperti calo penumpang hingga tukang rambutan.

Setelah 15 menit kemudian datanglah bis jurusan Tasik-Cipatujah. Kemudian saya duduk disamping seorang Ibu yang baru saja pulang dari rumah anaknya di daerah Ciamis. Saya langsung bertanya pada Si Ibu mengenai perjalanan ke Pantai Pamayangsari atau Pantai Cipatujah. Si Ibu begitu santai menjawab bahwa perjalanan kesana memang lumayan lama, kurang lebih 3-4 jam. Santai...!

Perjalanan dalam bis menuju kesana begitu menantang, mulai dari sopir bis yang ugal-ugalan hingga jalanan yg berbelok-belok tiada henti. Sampai penumpang di sebrang tempat duduk saya telah meyiapkan kantong kresek untuk menampung hasil olahan makanan yang ternyata ditolak perut (memang cukup menjijikan, namun setidaknya orang itu sudah prepare) tampak sudah terbiasa dan sering pulang pergi menggunakan bis tersebut.

Si Ibu begitu baik hingga saya sampai di tujuan, Si Ibu menitipkan saya kepada sang sopir. Akhirnya saya sampai pada sebuah pertigaan jalan yang banyak ojek.

Ternyata untuk menuju ke Pantai Pamayangsari harus menempuh jalan lagi sejauh 20 km dan saya menggunakan ojek. Anehnya ketika saya bertanya berapa ongkos ojek menuju kesana Si Tukang Ojek menjawab "Naik saja dulu Neng, nanti bayarnya". Waswas juga sih karena takut ongkos ga cukup. Ketika itu saya naik ojek dan sampailah saya di tepi pantai dan perkampungan nelayan, tiba saatnya membayar ongkos ojek, Si Tukang Ojek bilang "20 rebu Neng". Buset saya kaget, ternyata cukup mahal juga..!

Namun demi suatu informasi apapun harus dilakukan. Tulisan yang obejektif cukup memuat fakta yang mengantarkan kepada kebenaran. Yang menilai siapa lagi kalau bukan khalayaknya sendiri.